Senin, 11 Maret 2013

Menlu: Konflik Sabah urusan antara Malaysia dan Filipina


Sengketa wilayah yang terjadi antara Malaysia dan Filipina di Sabah masih terus berlanjut. Sultan Sulu, Mudarasulail Alatasam Kiram berencana meminta bantuan pemerintah Indonesia guna merebut kembali wilayah Sabah dan Serawak dari Malaysia.

Namun demikian, permohonan bantuan yang hendak dilakukan oleh Sultan Sulu rupanya tidak diindahkan oleh pemerintah Indonesia. Menurut Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, apa yang terjadi antara Filipina dan Malaysia adalah hanya persoalan perbedaan pandangan semata.

"Kalau permasalahannya secara substansi adanya perbedaan pandangan antara pemerintahan Malaysia dengan pemerintahan Kesultanan Sulu," kata Marty usai menghadiri Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi I DPR di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (11/3).

Marty mengatakan, dalam konflik yang menewaskan puluhan orang ini hanya melibatkan dua negara yaitu Malaysia dan Filipina.

Meski enggan menyebut secara jelas bahwa pemerintah Indonesia tidak mau turut campur atas konflik ini, Marty mengapresiasi pemerintah Filipina yang sudah menunjukkan sikap bijak dengan mau berkomunikasi dengan Malaysia.

"Tapi yang utama di sini adalah sikap dari pemerintah Filipina sendiri, tentu saat ini kan masalah ini merupakan masalah yang menyangkut dalam negeri Malaysia. Seandainya ada satu pihak yang terlibat, ya di sini adalah Filipina, dan Filipina sendiri sudah ada komunikasi," tegas dia.

Lalu ketika ditegaskan artinya pemerintah Indonesia tidak mau menanggapi permintaan bantuan dari Filipina terkait upaya merebut kembali wilayah Sabah dan Serawak, Marty berkilah. "Saya tidak menyatakan demikian, saya hanya menyatakan apa sih keadaannya," tandasnya.

Diberitakan sebelumnya, Sultan Sulu Mudarasulail Alatasam Kiram berencana meminta bantuan pemerintah Indonesia guna merebut kembali wilayah Sabah dan Serawak dari Malaysia.

"Kami memang memiliki rencana meminta bantuan Indonesia dalam kasus ini," kata Sultan Mudarasulail saat dihubungi merdeka.com melalui telepon selulernya, Senin (11/3). Namun dia menolak menjelaskan lebih lanjut dengan alasan perkara ini sangat sensitif. "Kami sedang berembuk di Zamboanga (kota di selatan Filipina). Dia meminta dihubungi kembali nanti malam.

Sultan Sulu akan minta bantuan Indonesia buat rebut Sabah




Sultan Sulu Mudarasulail Alatasam Kiram berencana meminta bantuan pemerintah Indonesia guna merebut kembali wilayah Sabah dan Serawak dari Malaysia. 

"Kami memang memiliki rencana meminta bantuan Indonesia dalam kasus ini," kata Sultan Mudarasulail saat dihubungi merdeka.com melalui telepon selulernya, Senin (11/3). Namun dia menolak menjelaskan lebih lanjut dengan alasan perkara ini sangat sensitif. "Kami sedang berembuk di Zamboanga (kota di selatan Filipina). Dia meminta dihubungi kembali nanti malam.

Selain meminta bantuan negara ketiga, dia berniat mengadukan masalah ini ke Mahkamah Internasional. Indonesia pernah memiliki pengalaman pahit dalam hal ini. Pengadilan internasional itu pada 2002 memutuskan pulau Sipadan dan Ligitan adalah milik Malaysia. 

Konflik bersenjata di Lahad Datu selama hampir sebulan telah menewaskan lebih dari 60 orang. Pertikaian ini dipicu oleh saling klaim antara Kesultanan Sulu dan pemerintah Malaysia atas wilayah di utara Pulau Kalimantan itu. 

Menurut dia, selama ini Malaysia telah menyewa Sabah dan Serawak 5.300 ringgit saban tahun. Namun kali ini, dia menuntut negara jiran itu segera mengembalikan daerah itu kepada Kesultanan Sulu dan memberikan ganti rugi atas segala kerusakan dan klaim selama ini. 

Sengketa ini sangat mungkin berlanjut lantaran Perdana Menteri Malaysia Najib Razak telah menegaskan pintu perundingan sudah ditutup. Dia juga menyatakan klain oleh orang-orang Sulu terhadap Sabah dan Serawak merupakan gerakan separatis.

Preman Jepang Dan Yakuza Ternyata Juga Ada Di Indonesia




Percaya atau tidak, ternyata anggota Yakuza (sindikat kejahatan Jepang) ada juga di Indonesia. Mereka ikut menjaga para pengusaha besar Jepang agar tak diganggu preman Indonesia.

Penampilan orang-orang Yakuza ini sangat rapi, layaknya seorang pengusaha biasa, pakai setelan jas dan perlengkapan diri secara baik. Bahkan, barang-barang yang mereka pakai umumnya berharga mahal dan memiliki nama besar di dunia fashion.




Seorang anggota Yakuza di Tokyo, Takahashi, pernah menceritakan sebuah kisah kepada Kompas bagaimana seorang preman Indonesia sempat mencoba meminta uang kepada eksekutif sebuah perusahaan Jepang.

Dengan halus eksekutif itu memintanya datang hari berikutnya. Ketika datang kembali ke kantor eksekutif Jepang itu, sang preman Indonesia langsung dihadapkan kepada seorang anggota Yakuza, orang Jepang, dengan tampang cukup menyeramkan dan berbadan kekar akan tetapi tetap berpakaian rapi layaknya eksekutif lain.

Melihat hal itu, sang preman Indonesia mengerti sendiri dan mengurungkan niatnya untuk meminta uang "backing" tersebut.




Sumber Kompas itu juga menjelaskan betapa banyak jenis dan tingkatan anggota Yakuza di Jepang, mulai dari yang terbawah, tukang tagih uang, pembunuh, sampai ke kelas eksekutif yang urusannya tak jarang justru dengan para pejabat tinggi pemerintahan maupun politisi Jepang.

Kelesuan perekonomian Jepang yang dimulai seusai masa gelembung ekonomi awal tahun 1990-an sampai dengan kini yang tampak semakin parah, membuat para anggota Yakuza ini meluaskan usaha pencarian uangnya tidak hanya di Jepang tetapi juga ke luar negeri, termasuk Indonesia.

Ulah para Yakuza ini tampaknya cukup memusingkan otoritas di Amerika Serikat (AS).

Sebuah lembaga di AS, misalnya, International Crime Threat Assessment (ICTA), menyebut Yakuza sebagai salah satu sindikat kejahatan terbesar dan sangat kuat di dunia.




Kelompok Yakuza ini telah melakukan investasi di bidang properti cukup banyak, baik di AS maupun Kanada, termasuk lapangan golf, hotel, sampai kepada investasi di pasar modal. Bahkan, kini ada yang ahli di bidang komputer dan teknologi finansial.

"Itulah sebabnya pada tahun 2010 nanti kelompok kejahatan ini diperkirakan akan semakin ahli bergerak menguasai kejahatan kerah putih (white collar s crime) khususnya melalui kemajuan teknologi yang ada," demikian sebuah isi laporan tertulis ICTA.

Itulah sebabnya kepolisian Jepang pun semakin berjaga-jaga dan meluaskan monitornya ke negara lain.

Operasi Yakuza pertama kali di luar Jepang dilakukan di Hawaii akhir tahun 1970-an. Kelompok Inagawa-kai itu melakukan investasi di sana dan kerja sama dengan banyak perusahaan AS pada awal tahun 1990-an. "Sedangkan keberadaan dan aktivitas Yakuza di Indonesia diperkirakan telah dimulai sekitar tahun 1980-an," ungkap Takahashi.

Aktivitas Yakuza itu memang semakin dipersempit geraknya di Jepang setelah keluar Undang-Undang (UU ) Anti Organisasi Kejahatan tahun 1992 dan parlemen Jepang juga semakin memperkuat UU itu dengan keluarnya UU lain pendukungnya pada tahun 1999 dan 2000.

Dengan UU Anti Organisasi Kejahatan, kedua pihak, baik perusahaan Jepang apalagi organisasi dan anggota kejahatan, bisa dihukum penjara berat apabila terbukti melakukan kerja sama dengan Yakuza.

Oleh karena munculnya UU baru itulah, pola pencarian uang para anggota Yakuza ini berubah. Misalnya, dengan menjual produk dengan harga mahal di atas harga pasar, menyewakan sesuatu dengan harga mahal, dan sebagainya. Sebagai imbalannya, perusahaan tersebut tak akan diganggu kelompok kejahatan ini.

Awal Januari tahun 2003, pihak kepolisian Jepang mengungkapkan pula keterlibatan 4 perusahaan besar Jepang dengan sindikat kejahatan Jepang. Berita itu dilansir kantor berita Jepang Kyodo.

Keempat perusahaan itu adalah Tokyo Electric Power Co, Nippon Steel Corp, NKK Corp, dan Toppan Printing Co. Lebih dari 10 tahun mereka melakukan bisnis dengan sindikat bawah tanah Jepang.




Caranya antara lain dengan membeli produk teh dari perusahaan yang terkait dengan salah satu organisasi Yakuza, Otowa-ikka, salah satu unit terbesar di dalam Sumiyoshi-kai.


Nippon Steel akhirnya menyatakan akan menghentikan transaksi bisnisnya dengan mereka bulan Maret 2003 nanti dan tiga perusahaan lainnya tersebut menyatakan telah menghentikan bisnisnya dengan perusahaan yang diduga terlibat di dalam organisasi kejahatan Jepang.

NKK, salah satu perusahaan baja terbesar Jepang, mengakui mengalami banyak kerugian dari transaksi tersebut sehingga urusan bisnis itu akhirnya dihentikan sebelum melakukan integrasi operasi bersama dengan Kawasaki Steel Corp. NKK dan Kawasaki kini berada di bawah atap perusahaan holding, JFE Holdings Inc, yang dibangun tanggal 27 September 2002.




Produk teh yang diperdagangkan itu dijalankan oleh isteri pemimpin Otowa-ikka, sebuah kelompok kejahatan Jepang. Lalu ada pula usaha menyewakan tumbuh-tumbuhan pemanis kantor yang dijalankan oleh kelompok kanan kejahatan Jepang, dipimpin almarhum Ketua Otowa-ikka.

Perusahaan Jepang itu rata-rata harus mengeluarkan antara 10.000 yen sampai dengan 250.000 yen per bulan selama lebih dari 10 tahun untuk urusan bisnis dengan sindikat kejahatan Jepang.

Bulan September 2002 lalu, Tokyo Dome Corp, perusahaan yang tercatat di pasar modal Jepang dan antara lain mengelola stadion olahraga, hotel, tempat hiburan atau permainan, dan fasilitas lain di Tokyo, ditemukan polisi telah memberikan tiket pertandingan baseball profesional dan membiarkan para anggota kejahatan itu menggunakan fasilitas di stadion olahraga itu dengan harga khusus.

Sedangkan Tepco, perusahaan listrik terbesar di Jepang hanya mengomentari sekilas soal penemuan polisi Jepang. "Kami tidak tahu sejarahnya dan kaget setelah mengetahui transaksi dagang selama ini ternyata dengan anggota sindikat kejahatan Jepang. Oleh karena itu kami hentikan bisnis tersebut dengan mereka," kata sumber di Tepco.

Yakuza, yang berarti sindikat organisasi kejahatan Jepang, memiliki banyak anggota dan kelompok. Yang terbesar bernama Yamaguchi-gumi (kelompok Yamaguchi).




JUMLAH anggota Yakuza di Jepang semakin menurun saat ini karena peraturan yang ada membuat mereka semakin tak berkutik.

Yamaguchi-gumi sendiri diperkirakan memiliki sekitar 8.000 anggota. Jumlahnya semakin menyusut sekitar 50 persen saat ini karena banyak faktor. Misalnya, meninggal akibat perang antar gang, ditangkap petugas, ditahan dan masuk penjara, bunuh diri, dan paling banyak yang mundur dari keanggotaan sindikat itu karena hukum di Jepang nyaris tak memberi napas lagi kepada mereka untuk beraktivitas leluasa seperti dulu.

Di samping itu perekonomian Jepang yang semakin parah membuat donasi "backing" itu semakin berkurang saat ini. Akibatnya, sebagian dari mereka memperluas usaha ke luar Jepang, khususnya di mana banyak investasi perusahaan Jepang di sana, seperti di Indonesia.

Markas besar para anggota Yakuza ini umumnya berada di daerah Kansai (Osaka dan sekitarnya). Penghasilan mereka pun per bulan sekitar 700.000 yen.

Pendanaan organisasi kejahatan seperti Yamaguchi-gumi saat ini membuat pusing kepala para pimpinannya karena upah mereka sebulan untuk para pemimpin kelompok kecil saja sedikitnya 700.000 yen.

"Dari mana uang sebanyak itu bisa diperoleh saat ini dengan situasi ekonomi Jepang yang parah," papar Shin Kitayoshi dari Osaka Antigang Center.

Para anggota kejahatan Jepang itu pun tak tanggung-tanggung dalam operasinya. Kalau perlu menghilangkan nyawa polisi. Ada sebuah kasus yang diputuskan pengadilan negeri Kyoto bulan September 2002 lalu.

Tiga anggota sindikat kejahatan Jepang diharuskan membayar sekitar 80 juta yen akibat salah tembak dan menghilangkan nyawa seorang polisi Jepang dalam kasus tembak-menembak tahun 1995.

Namun, pengadilan menolak tuntutan kompensasi kepada Yoshinori Watanabe, Kepala Yamaguchi-gumi, karena Watanabe dianggap tak terlibat langsung dalam peristiwa hilangnya nyawa polisi Jepang itu.

"Kasus itu hanya merupakan perang antar gang yang berakibat terbunuhnya polisi berpakaian preman, jadi tak relevan dengan posisi Watanabe sebagai kepala Yamaguchi-gumi," papar hakim Yasukazu Watanabe.

Apa pun yang dilakukan sindikat kejahatan Jepang ini, khususnya di Jepang, mulai kelihatan buahnya bagi pihak penegak hukum karena jumlah mereka semakin kecil akibat diterapkannya hukum yang semakin memperberat keberadaan mereka.

Jelaslah kini, penanganan mereka dengan mempersempit gerak aktivitasnya melalui jalur hukum cukup berhasil di Jepang. Namun, monitor secara kesinambungan terhadap organisasi kejahatan ini masih lebih penting lagi guna menghindari bangkitnya kembali kekuatan mereka di tengah kelalaian kita, yang mungkin saja terjadi karena tak ada manusia yang sempurna.

Hal inilah yang perlu kita pelajari untuk diterapkan di Indonesia. Di samping hukum yang sangat ketat untuk menekan mereka, keandalan penegak hukum serta partisipasi masyarakat memang sangat dibutuhkan untuk mengantisipasi semakin merajalelanya kekuatan jahat tersebut. (RICHARD SUSILO, Koresponden Kompas di Tokyo)

biografi hercules sang preman



Nama Hercules Rozario Marshal kembali disorot setelah polisi berani menangkap Ketua Gerakan Rakyat Indonesia Baru (GRIB) itu. Bahkan, polisi menetapkan Hercules sebagai tersangka dan ditahan. Polisi menjerat Hercules dengan tuduhan kekerasan, intimidasi pada petugas, pengrusakan dan kepemilikan senjata.

"Hercules dikenakan pasal 160 KUHP tentang penghasutan, lawan petugas pasal 214 KUHP, UU Darurat 12 tahun 1951 dan juga pemerasan," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto di Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Jakarta, Sabtu (9/3) lalu.

Sepak terjang Hercules sudah dikenal lama. Ia dulu begitu tersohor di Tanah Abang. Bersama-sama dengan teman-temannya, Hercules berhasil membangun kekuasannya menguasai Tanah Abang. Dari kelompok kecil, menjadi besar yang disegani.

"Saya merebut daerah hitam dan di situ pertarungan sengit. Hampir tiap malam ada orang mati," kata Hercules kala itu.

Hercules pertama kali menginjakkan kakinya di Jakarta sekitar tahun 1987. Pertama kali, Hercules tinggal di Hankam Seroja. Di tempat itu menampung dan memberdayakan penyandang cacat seperti dirinya. Hercules mengalami cacat dalam Operasi Seroja di Timor-timur.

Mulai dari sana, kemudian Hercules dikabarkan kerap kali bermain ke Tanah Abang. Menurutnya, di daerah itu kerap kali terjadi aksi premanisme dan pembunuhan.

Tidak hanya di Tanah Abang, pada pertengahan tahun 2012, kelompok Hercules pernah bentrok dengan kelompok Kei di sebuah lahan kosong di samping Kompleks Taman Palem Lestari, Cengkareng, Jakarta Barat. Bentrokan terjadi karena perebutan lahan kosong milik PT Sabar Ganda.

Bentrokan pecah setelah ada pengambilan penguasaan tanah Sabar Ganda yang dijaga kelompok Hercules oleh kelompok Kei. Bentrokan waktu itu terjadi pada siang hari, sekitar pukul 11.30 WIB.

Awalnya, 10 orang kelompok Hercules sedang jaga. Namun tiba-tiba 100 orang kelompok Kei datang dan menyuruh kelompok Hercules pergi. Akibatnya, bentrokan terjadi.

Dan terakhir yang terjadi baru-baru ini adalah kasus di Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Hercules dan 50 anak buahnya ditangkap polisi karena diduga terlibat pemerasan di pertokoan di wilayah Jakarta Barat. 

Polisi berani menangkap kelompok Hercules karena telah melakukan pemerasan. Kelompok Hercules itu awalnya memecah kaca toko Tjakra Multi Strategi di Jalan Kebun Jeruk Indah. Polisi dari Polres Metro Jakarta Barat yang melihat kejadian itu langsung memburu pelaku dan menangkapnya. 

Setelah sempat melakukan perlawanan, polisi akhirnya tetap menangkap Hercules bersama 50 anak buahnya.

Nama geng di indonesia yang paling keren dan ditakuti



Berikut adalah nama-nama geng yang terkenal dan cukup ditakuti dan punya nama yang cukup keren bro..so buat kamu yang pengen tau silahkan lanjutin baca...



Y-GEN atau Young Generation

Punya slogan “Don’t Make Us Angry”. Geng ini berdiri sejak tahun 1990-an cukup di Jakarta. Pengalaman pengguna motor di milis-milis menyebut Y-Gen tidak ubahnya kelompok begal motor. Biasanya mereka konvoi puluhan hingga ratusan motor setelah lewat jam 12 malam. Dimulai dari sekitar markas Y-Gen di daerah Tanjung Priok, dilanjutkan ke Sunter Mall, Kemayoran, Yos Sudarso, Senayan, Sudirman, Kuningan, Menteng, Senen, Pramuka, kembali ke Priok Konvoi Y-Gen biasanya juga masuk Tol Plumpang. Banyak cerita, jika Y-Gen konvoi lebih baik menghindar. Pengalaman motor yang dibegal ketika iring-iringan klub motor harus berpapasan dengan Y-Gen, motor langsung diambil paksa.



Ciri geng motor Y-Gen tidak safety riding alias konvoi tanpa pakai helm dan spion serta mematikan lampu. Usia anggota Y-Gen rata-rata ABG usia SMP-SMA. Motor anggota geng beda dengan klub motor, Y-Gen mengendarai bermacam merek. Namun, mesin sudah ditrondol dengan suara knalpot racing. Jika sedang konvoi, kelompok ini tidak takut pada polisi. Beberapa komunitas biker mempunyai pengalaman melihat kawanan geng Y-Gen merampok pengendara mobil yang sedang parkir tanpa bisa dicegah polisi.

PACINKO 

Sebutan tenar Pasukan Cina Kota. Geng beranggotakan kebanyakan anak keturunan Tionghoa yang didirikan John Indo. Era tahun 70-80-an, Pacinko ditakuti geng-geng motor. Anggota Pacinko sekarang sudah uzur, tetapi melahirkan geng-geng motor lain. Sebut saja Gamshi atau Gabungan Anak Muda berprestasi yang jago ngetrek, MGZT (Mangga Besar Anak Ibliz), Hanoman, Aligator, dan Green Eagle. Dari sejumlah geng bentukan Pacinko, hanya Wild Boys yang berbeda. Anggotanya kebanyakan bukan keturunan Tionghoa.


Geng bentukan Pacinko biasanya bermusuhan dengan Y-GEN. Ada juga NSR (Night Sons Racing) yang jelas berkawan dengan Y-GEN. NSR sering konvoi dengan Y-GEN keliling Jakarta. Satu saran bila berpapasan dengan Y-GEN, menghindar.

XTC (Exalt to Coitus)

Artinya kurang lebih menyenangi segala sesuatu tentang seks. Sekarang berganti menjadi Exalt to Creativity. XTC dibentuk sejak 1987 oleh tujuh orang siswa SMA swasta Bandung. Lambang XTC, lebah membawa samurai. Semboyan XTC : Loe asik gw santai, loe usik gw bantai. Anggota XTC sekitar 5 ribu di Jawa Barat dengan pusat di Bandung.


Untuk menjadi anggota XTC harus mengikuti penggojlogan di Lembang. Biasanya calon akan diuji ketahanan fisik seperti ditendang, diinjak, dan dipukul. Selanjutnya tes mengendarai motor ke rumah tanpa rem. Kegiatan lainnya konvoi, adu balap, dan kriminal seperti penodongan.

Brigezz

Dibentuk 1980,an oleh siswa SMA 7 Bandung dengan singkatan Brigadir Seven. Anggota dan kekuasaan daerah makin luas, tahun 1999 nama berubah menjadi Brigadir Gestapu. Awal mula Brigess hanya adu balap liar, tetapi berubah menjadi tindakan kriminal. Brigezz menguasai Jalan Lengkong Besar dan Kecil, lalu Sudirman. Syarat anggota ketrampilan bermotor diuji dengan mengundang bahaya, minum darah.


Polisi pernah menemukan dokumen tentang doktrin angota Brigezz. Tiga doktirn yaitu seperti musuhi polisi, lawan orang tua, dan berlaku jahat di tengah malam.

GBR (Grab on Road)

GBR juga lahir pada tahun 1989 di SMPN 2 Bandung. Kelompok yang anggotanya mayoritas anak SMP ini mengidentifikasikan diri dengan segala sesuatu yang berbau Jerman. Mereka mengusung bendera berwarna merah-kuning-hitam.


Graber, begitu mereka menyebut dirinya, menguasai sepanjang Jalan Sunda, Sumatera dan sekitarnya. Anggotanya tidak sebanyak XTC dan Brigezz, tetapi ditakuti dan sulit ditaklukkan. Tahun 2005 pernah salah satu markas GBR di Margahayu akan diserang XTC, ditunggu-tunggu XTC tidak kunjung datang, anak-anak GBR langsung yang menyerang markas XTC.

M2R (Moonraker)

Berdiri sejak 1978 dari siswa SMA di Jalan Dago. Moonraker berasal dari film James Bond kala itu. Lambang Moonraker bendera merah putih biru dan gambar kelelawar. Dari segi jumlah Moonraker di bawah Brigezz. Moonraker sebagian besar menguasai daerah Dago dan Dipatiukur.


Menjadi anggota hampir sama dengan geng lain, harus bisa mengendarai motor dari Lembang tanpa rem. Selain itu juga angota baru harus berkelahi dengan senior. Dalam organisasinya terdapat jabatan Panglima Perang, yang mengatur ketika terjadi perang antar geng atau perebutan wilayah.


Perilaku kriminal Moonraker terakhir yang menonjol sewaktu belasan anggotanya menyerang Geng XTC. Satu tewas dengan badan penuh tusukan pada Desember 2011. ( tempo.co )

john kei vs hercules




Dalam ’dunia premanisme’ Ibukota, khususnya terkait bisnis debt collector, kerap terjadi baku serang antar gangster. Sebagai contoh, pernah terjadi bentrokan berdarah di kawasan Jalan Kemang IV Jaksel pada pertengahan Mei 2002 silam, dimana kelompok Basri Sangaji saat itu sedang menagih seorang pengusaha di kawasan Kemang.

Mendadak sang pengusaha menghubungi Hercules yang biasa ’dipakainya’ untuk menagih utang pula. Akibatnya kedua kelompok itu yaitu kelompok john kei dan hercules berhadapan di Jalan Kemang IV itu sehingga terjadi bentrokan dan pembunuhan.


Hercules sempat ditembak beberapa kali, tapi dia hanya luka-luka saja dan bibirnya terluka karena terserempet peluru. Dia menjalani perawatan cukup lama di sebuah rumah sakit di kawasan Kebon Jeruk, Jakbar. Beberapa anak buah Hercules juga terluka. Tapi, seorang anak buah Sangaji terbunuh, dan beberapa orang terluka.

Selain jasa penagihan utang, para gangster ibukota itu juga bergerak di bidang jasa pengawalan lahan dan tempat. Kelompok John Kei , misalnya, pernah mendapat ’order’ untuk menjaga lahan kosong di kawasan perumahan Permata Buana, Kembangan Jakarta Barat.

Namun dalam menjalankan tugas, kelompok ini pernah mendapat serbuan dari kelompok Pendekar Banten yang merupakan bagian dari Persatuan Pendekar Persilatan Seni Budaya Banten Indonesia (PPPSBBI). Markas dan wilayah kerja PPPSBBI sebetulnya di Serang dan areal Provinsi Banten. Kepergian ratusan pendekar Banten itu ke Jakarta itu sengaja untuk menyerbu kelompok John Kei pada 29 Mei 2005.

Sayangnya, kelompok penyerbu itu belum mengenal seluk-beluk Ibukota. Akibatnya, seorang anggota Pendekar Banten bernama Jauhari tewas terbunuh dalam bentrokan itu. Selain itu sembilan anggota Pendekar Banten terluka dan 13 mobil dirusak. tiga SSK Brimob PMJ dibantu aparat Polres Jakarta Barat berhasil mengusir kedua kelompok yang bertikai dari areal lahan seluas 5.500 meter persegi di Perum Permata Buana Blok L/4, Kembangan Utara Jakbar.

Namun buntut dari kasus ini, John Kei hanya dimintai keterangan saja. Sedangkan beberapa anak buah John yang harus menjalani proses hukum dan mendekam di sel tahanan Polda Metro Jaya hingga kasusnya dilimpahkan ke kantor Kejati DKI beberapa bulan berikutnya.

Sebuah sumber dari kalangan ini mengatakan bahwa kelompok penjaga lahan seperti kelompok John Kei biasanya menempatkan anggotanya di lahan yang dipersengketakan. Besarnya honor disesuaikan dengan luasnya lahan, siapa pemiliknya, dan siapa lawan yang akan dihadapinya. Semakin kuat lawan itu, semakin besar pula biaya pengamanannya.

Kisaran nominal upahnya, bisa mencapai milyaran rupiah. Perjanjian honor atau upah dibuat antara pemilik lahan atau pihak yang mengklaim lahan itu milikya dengan pihak pengaman. Perjanjian itu bisa termasuk ongkos operasi sehari-hari bisa juga di luarnya.

Misalnya untuk sebuah lahan sengketa diperlukan 50 orang penjaga maka untuk logistik diperlukan Rp 100 ribu per orang per hari, maka harus disediakan Rp 5 juta/hari atau langsung Rp 150 juta untuk sebulan. Yang jelas upah untuk kepala rombongan atau komandannya lebih besar dari anggota biasa. Dana operasi itu di luar upah kesuksesan kerja atau succes fee yang biasanya dibayarkan ketika sengketa dimenangkan pihak pengorder.

Selain pengamanan lahan sengketa, ada pula pengamanan asset yang diincar pihak lain maupun menjaga lokasi hiburan malam dari ancaman pengunjung yang membikin onar maupun ancaman pemerasan dengan dalih ’jasa pengamanan’ oleh kelompok lain. Walau begitu tapi tetap saja mekanisme kerja dan pembayarannya sama dengan pengamanan lahan sengketa.

Begitulah potret dunia ganster, yang selalu mengganggu keamana ibukota negara. Tertangkapnya John Kei mestinya menjadi momentum untuk memberantas premanisne di kota-kota besar. Kalau tidak sekarang, kapan lagi? (HP, dari berbagai sumber)

john kei vs hercules jhon kei vs hercules john key vs hercules

basri sangaji




Basri Sangaji atau Basri jala sangaji mempunyai banyak kawan dan musuh. Delapan pemuda telah mengaku membunuh Basri.Bacajuga 5 Preman paling terkenal di indonesia
BELASAN pria berwajah tak ramah masuk ke Hotel Kebayoran Inn. Hasit Marabesi dan Rusina Lestaluhu yang tengah terkantuk-kantuk di meja resepsionis, serta M. Simbolon dan Sunarono, staf pengamanan hotel, tak berani menghadang. Maklumlah, di genggaman para tamu tak diundang itu terselip kelewang dan golok


Gerak cepat mereka menaiki tangga menyiratkan bahwa mereka tahu benar di mana buruan mereka berada. Kamar 30, lantai dua hotel yang terletak di kawasan Senayan, Jakarta Selatan, itu. Lalu, brak! Pintu kamar dibuka secara paksa. Tak lama terdengar gaduh orang adu mulut ditingkahi suara besi beradu dan letusan senjata api.

Keributan pada Selasa subuh pekan lalu itu hanya berlangsung 10 menit. Ketika keluar, mereka sempat merusak jip Lexus hitam milik penghuni kamar yang diparkir di depan lobi hotel. Lalu, mereka ngacir dengan dua mobil.

Setelah para penyerbu menghilang, baru pegawai hotel mencari tahu apa gerangan yang terjadi. Ketika menuju ke suite room itu mereka terkesiap. Darah mengalir menuruni anak tangga. Di dalam kamar, mereka saksikan seorang pria tewas, tergeletak di sofa. Dadanya berlubang bekas terjangan peluru. Tangan kirinya putus.

Dia adalah Basri Jala Sangaji, 35 tahun, pemimpin sekelompok pemuda yang menguasai beberapa wilayah yang padat tempat hiburan di Jakarta. Pagi itu Basri tak sendirian. Dia bersama adiknya, Ali Sangaji, 30 tahun, dan orang kepercayaannya, Jamal Sangaji, 33 tahun. Dua orang ini terluka parah. Selangkangan Ali terluka akibat tembakan. Tangan kanan Jamal nyaris putus karena ditebas golok.

Selanjutnya, pegawai hotel menghubungi polisi. Di lokasi kejadian, aparat menemukan pistol berpeluru karet jenis FN kaliber 32 milik Basri. Hari itu juga, jasad Basri dibawa ke rumahnya di perumahan Vila Alfa Mas, Pulo Mas, Jakarta Timur. Ribuan pelayat sudah tumplek di sana. Jenazah hanya singgah semalam. Esoknya dikirim ke Desa Rohomoni, Pulau Haruku, Maluku Tengah. Di kampung halamannya inilah dia dikebumikan.

Maluku geger dengan kabar tewasnya Basri. Maklum, ia terhitung tokoh pemuda yang memiliki ratusan pengikut. Sebagian dari anak buah Basri adalah "pensiunan" konflik Maluku. Dengan modal massa itu, Basri menjejak kancah politik. Pada pemilihan presiden kemarin, ia termasuk tim sukses pasangan Wiranto-Salahuddin Wahid.

Suasana kota Ambon pun mencekam. Beredar kabar, anak buah Basri telah tiba di Ambon pada hari yang sama. Cerita balas dendam berseliweran. Kelompok yang dibidik adalah geng yang selama ini berseberangan dengan Basri. Itu sebabnya, Kepala Kepolisian Daerah Maluku, Brigadir Jenderal Aditya Warman, mensiagakan semua personelnya di titik-titik yang dianggap rawan di Maluku.

Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu mengimbau masyarakat agar tak terprovokasi dengan insiden pembunuhan tersebut. Karel tak mau peristiwa berdarah yang menelan 1.842 jiwa akibat konflik antaragama pada 1998-1999 terulang lagi. Peristiwa ini juga diawali bentrok antarpemuda yang mabuk. Karena itu, wajar jika sang Gubernur buru-buru mendinginkan suasana daerahnya.

Buat meredakan ketegangan, Aditya pun buru-buru mengatakan bahwa tersangkanya sudah diketahui dan ditangkap. "Hanya saja masalah ini ditangani di Jakarta," kata Aditya kepada Tempo.

Memang, polisi di Jakarta telah menangkap delapan tersangka. Namun, Komisaris Besar Mathius Salempang belum mau mengungkap motif pembunuhan ini. "Kami melihat fakta-fakta yang ada di lapangan saja," katanya. Jadi, hanya sampai pada delapan tersangka tadi. "Saya sangat yakin mereka pelakunya," kata Mathius.

Pembunuhan Basri mestinya memang gampang terungkap lantaran para pelaku meninggalkan banyak jejak. Misalnya, saksi korban Ali dan Jamal mengenal para penyerang. Peristiwa itu dilihat langsung oleh petugas hotel. Nomor polisi mobil penyerbu juga tercatat oleh petugas parkir.

Salah seorang di antara tersangka itu, Emil, 24 tahun, mengaku membunuh Basri karena dendam. Pemuda ini mengatakan, salah seorang kerabatnya, Lus, tewas dibunuh anak buah Basri di kawasan Kayu Manis, Jakarta Timur, pada 1998.

Seorang tokoh pemuda Ambon mengaku mengenal Emil "Dia pendatang baru di 'dunia persilatan' ini," katanya. Emil juga disebutkan bersandar pada seorang pemimpin kelompok pemuda yang selama ini berseberangan dengan Basri.

Siapa sebenarnya dalangnya? "Tak ada yang menyuruh. Kami membunuh karena dendam," kata Louis, 24 tahun, salah seorang tersangka. Kepada wartawan, pemuda Ambon ini mengatakan ke Hotel Kebayoran Inn juga hanya kebetulan saja. "Kami hanya main-main."

Salah seorang musuh Basri adalah Herkules, seorang pemimpin kelompok pemuda yang pernah tenar di Tanah Abang, Jakarta Pusat. Menurut Herkules, semasa hidupnya Basri meninggalkan jejak keruh. Herkules yang mengaku kenal Basri di diskotek Zona di bilangan Karet, Jakarta Pusat, pada 1991, ini pernah bentrok dengan Basri.

Penyebabnya, seorang pengusaha mengalihkan surat kuasa penagihan utang dari Basri kepada Herkules. Perkelahian terjadi di Kemang IV, Jakarta Selatan, pada Mei 2002. Satu orang tewas dari kelompok Basri. Bibir Herkules terserempet peluru.

Sejak itu, Herkules mengatakan, Basri musuh besarnya. "Dia banyak musuhnya yang sedang antre untuk membunuhnya. Tapi dia mati bukan karena saya. Saya tak tahu pelakunya," katanya kepada Tempo. Herkules mengatakan, Basri juga bermusuhan dengan Ongen Sangaji dan John Kei. "Bahkan pengusaha yang pernah berurusan dengan dia pun menjadi musuhnya," katanya.

Ongen Sangaji yang disebut Herkules adalah seorang tokoh pemuda dari Maluku yang cukup disegani. Tapi, Ongen mengaku tak tahu riwayat tewasnya Basri. "Saya juga sudah lama tak berhubungan dengan Basri, sudah dua tahun," katanya kepada Tempo. "Saya gelap sekali tentang dia," katanya sambil mengucapkan salam dan menutup pembicaraan.

John Kei juga seorang tokoh pemimpin sekelompok pemuda di Jakarta. Dia datang dari Pulau Kei, Maluku. Basri dan John Kei tercatat pernah bentrok beberapa kali. Di antaranya perkelahian di Diskotek Stadium, Jakarta Barat, pada Selasa, 2 Maret. Dua petugas keamanan diskotek tewas. Bentrokan berlanjut di depan Pengadilan Negeri Jakarta Barat, pada Selasa, 8 Juni. Dalam perkelahian itu, jiwa Walterus Refra, kakak kandung John Kei, melayang.

Tak gampang melacak keberadaan John Kei hari-hari belakangan ini. Ketika Tempo menghubungi telepon genggam John Kei, yang menyahut justru seorang wanita. "Pak John sedang tak ada," jawabnya sambil menutup telepon. Pembelaan untuk John justru datang dari pihak kepolisian. "Sejauh ini belum ada keterlibatan dia," kata Mathius.

Selain berselisih dengan "para pendekar", Basri sempat pula berselisih paham dengan seorang pejabat penting di Maluku. Basri pernah menghardik pejabat ini di depan umum di Ambon. Seorang pengusaha ternama di Maluku juga menjadi musuh Basri. Persoalannya menyangkut sebuah proyek pembangunan di Maluku.

Kisah sepak terjang Basri memang cukup panjang. Kunci untuk mengungkap secara tuntas kasus ini bergantung pada pengakuan delapan tersangka tadi. Jangan lupa juga, ada saksi korban yang masih hidup, Ali dan Jamal.

Preman indonesia yang paling terkenal


preman di indonesia tommy winata mafia daftar preman indonesia anak tommy winata mafia indonesia tommy winata istri muda tommy winata preman paling terkenal di indonesia nama mafia indonesia


1. Tommy Winata
Mengendalikan Bank Artha Graha, yang dulu bernama Bank Propelat, milik Kodam Siliwangi. Bank Artha Graha adalah pilar utama kerajaan bisnis Tommy: Grup Artha Graha.








2.JOHN KEI

Jhon Refra Kei atau yang biasa disebut Jhon Kei, tokoh pemuda asal Maluku yang lekat dengan dunia kekerasan di Ibukota. Namanya semakin berkibar ketika tokoh pemuda asal Maluku Utara pula, Basri Sangaji meninggal dalam suatu pembunuhan sadis di Hotel Kebayoran Inn di Jakarta Selatan pada 12 Oktober 2004 lalu.
Jhon Kei merupakan pimpinan dari sebuah himpunan para pemuda Ambon asal Pulau Kei di Maluku Tenggara. Mereka berhimpun pasca - kerusuhan di Tual, Pulau Kei pada Mei 2000 lalu. Nama resmi himpunan pemuda itu Angkatan Muda Kei ( AMKEI ) dengan Jhon Kei sebagai pimpinan. Ia bahkan mengklaim kalau anggota AMKEI mencapai 12 ribu orang.




3. OLO PANGGABEAN
Olo Panggabean lahir di Tarurung, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara 24 Mei 1941. Nama lengkapnya adalah Sahara Oloan Panggabean, tapi lebih suka di panggil OLO, yang dalam bahasa Tapanuli artinya YA atau OK.
Olo Panggabean diperhitungkan setelah keluar dari organisasi Pemuda Pancasila, saat itu di bawah naungan Effendi Nasution alias Pendi Keling, salah seorang tokoh Eksponen ’66′. Tanggal 28 Agustus 1969, Olo Panggabean bersama sahabat dekatnya, Syamsul Samah mendirikan IPK. Masa mudanya itu, dia dikenal sebagai preman besar.




4. HERCULES
merupakan seorang pejuang yang pro terhadap NKRI ketika terjadi ketegangan Timor - timur sebelum akhirnya merdeka pada tahun 1999. Maka tak salah jika sosoknya yang begitu berkarisma ia dipercaya memegang logistik oleh KOPASSUS ketika menggelar operasi di Tim - tim.

Namun nasib lain hinggap pada dirinya, musibah yang dialaminya di Tim - tim kala itu memaksa dirinya menjalani perawatan intensif di RSPAD Jakarta. Dan dari situlah perjalanan hidupnya menjadi Hercules yang di kenal sampai sekarang, ia jalani.

Hidup di Jakarta tepatnya di daerah Tanah Abang yang terkenal dengan daerah ‘Lembah Hitam’, seperti diungkapkan Hercules daerah itu disebutnya sebagai daerah yang tak bertuan, bahkan setiap malamnya kerap terjadi pembacokan dan perkelahian antar preman.


5.Basri Jala Sangaji
35 tahun, pemimpin sekelompok pemuda yang menguasai beberapa wilayah yang padat tempat hiburan di Jakarta.Basri Sangaji mempunyai banyak kawan dan musuh. Delapan pemuda telah mengaku membunuh Basri. baca selengkapnya tentang basri sangaji


Jejak berdarah perseteruan kelompok John Kei dan Hercules




Bentrokan berdarah kembali pecah di Jakarta. Mereka yang terlibat ternyata dari kelompok John Refra Kei dan Hercules. Perseteruan dua kubu ini sepertinya sulit dihentikan meski sudah ada tindakan tegas dari aparat penegak hukum.

Kekerasan yang dilakukan dua kelompok ini dipertontonkan Rabu (29/8) kemarin di Perumahan Taman Palem, Jalan Kamal Raya, Cengkareng, Jakarta Barat. Pemicunya tidak lain soal rebutan lahan tanah yang awalnya dijaga oleh kelompok Hercules. Namun tiba-tiba saja anak buah John Kei datang.

Polisi mengambil tindakan tegas dengan menembak dua orang yang terlibat bentrokan hingga tewas. Hingga kemarin Polres Metro Jakarta Barat masih memeriksa 102 pelaku dan akhirnya menetapkan dan menahan 98 orang sebagai tersangka.

Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Rikwanto mengatakan, kedua kelompok ini merupakan rival yang ingin menunjukkan eksistensinya. Mereka ini menjadi kelompok yang paling disegani di Jakarta.

"Di lapangan mereka cenderung rival. Kalau untuk pemicu kecenderungan untuk menjadi yang paling disegani," kata Rikwanto kepada merdeka.com.

Sebenarnya dua nama itu sudah tidak asing dengan sejumlah aksi kekerasan. Beberapa waktu lalu nama Hercules sempat tersangkut dalam kasus penyerangan di Rumah Sakit Gatot Soebroto. Diketahui rumah Hercules dijadikan tempat ngumpet pelaku penyerangan Irene Tupesi dan suami.

Sedangkan John Kei saat ini sedang menjadi pesakitan karena terlibat pembunuhan Bos PT Sanex Steel Indonesia, Tan Harry Tantono atau Ayung. Bahkan oleh Jaksa Penuntut Umum, John Kei didakwa melakukan pembunuhan berencana dengan ancaman hukuman mati.

Meski beberapa kali berurusan dengan hukum, pria dengan nama Hercules Rosario de Marshal itu tetap saja ditakuti. Hercules dan anaknya buah dikenal terbiasa menyediakan jasa untuk menjaga lahan di beberapa kawasan Jakarta. Hercules juga sering memimpin langsung tawuran yang melibatkan kelompoknya.

Sosok Hercules identik dengan Tanah Abang. Di wilayah yang dikenal keras itu Hercules begitu ditakuti. Lebih mengerikan ketika Hercules tak tewas meski pernah menderita 16 luka bacok dan sebuah timah panas menembus matanya hingga ke bagian belakang kepala. Beredar isu jika Hercules memang memiliki ilmu kebal.

Setali tiga uang, sosok John Kei juga akrab dengan dunia kekerasan di Ibu Kota. John Kei merupakan pimpinan Angkatan Muda Kei (AMKEI). Lewat organisasi itu, John mulai mengelola bisnisnya sebagai debt collector alias penagih utang. Kelompok John Kei bisa dikatakan penagih kelas atas dengan nominal tak lagi uang receh.

Sebenarnya sudah berulang kali kelompok John Kei membuat ulah. Misalnya pada 2004 puluhan anak buah John Kei menyerbu dua anak buah Sangaji yang menjadi sekuriti di diskotek Stadium, Jakarta Barat. Meski terus berulah, nyali penegak hukum seperti ciut menghadapi mereka.

Aksi tegas polisi saat keributan di Cengkareng diharapkan bisa membuat para pembuat ulah ini. Masyarakat Jakarta tentu menginginkan hidup tenang tanpa ada gangguan dari para preman bayaran.

Jumat, 08 Maret 2013

Atasi Bentrok TNI-Polri




Tampaknya masih terbungkus kuat faktor-faktor laten yang membuat hubungan TNI – Polri terus saja panas-dingin. Bentrokan antara TNI Vs Polri yang terjadi di Ogan Kumering Ulu (OKU), Sumatera Selatan, Kamis (7/3) pekan ini, hanyalah puncak gunung es dari berbagai persoalan yang terjadi dalam hubungan antara dua institusi bersenjata ini.

Sayangnya, setiap kali terjadi bentrokan antarpersonel dari dua institusi ini, alasanalasan sepelelah yang kerap muncul, seperti kenakalan prajurit di lapangan, luapan emosi, senggolan antara personel, hingga rebutan pacar. Akar persoalan dari hubungan TNI-Polri selalu luput dari perhatian. 

Itulah makanya konflik TNI-Polri tak pernah terselesaikan secara tuntas. Kejadian pun selalu saja berulang. Lihat saja, sejak dua institusi ini berpisah pada 1 April 1999 — sesuai amanat reformasi — kemesraan antara keduanya malah semakin sering terganggu. Anggota Polri-TNI yang bertugas di lapangan banyak kali terlibat bentrokan. 

Catatan Indonesia Police Watch (IPW) menyebutkan, sejak 2007 sampai dengan saat ini, setidaknya telah terjadi 17 peristiwa bentrokan. Rinciannya: pada 2007 terjadi 3 peristiwa, 2008 terjadi 2 peristiwa, 2009 terjadi 4 peristiwa, 2010 terjadi 6 peristiwa, 2011 terjadi 1 peristiwa, April 2012 terjadi 1 pe-ristiwa. 

Melihat angka-angka di atas, maka sudah selayaknya kita tidak boleh lagi memandang sebelah mata hubungan yang tak harmonis antara dua lembaga ini. Apalagi TNI dan Polri mempunyai tugas dan tanggung jawab besar, yakni masing-masing sebagai penjaga negara dan penjaga keamanan dan ketertiban masyarakat. Apa jadinya jika kedua institusi pengawal/penjaga negara dan pengayom masyarakat ini justru terlibat saling sikut dengan menggunakan senjata yang dibeli dari uang rakyat? Ini tentu sangat berbahaya bagi masyarakat.

Karena itulah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pimpinan Polri, dan pimpinan TNI harus segera mengambil langkah-langkah solutif yang lebih holistik dan komprehensif untuk mengakhiri bentrok personel yang merusak citra kelembagaan ini. Insiden pembakaran Mapolres OKU, Sumsel, dan berbagai kasus sikut-sikutan antara personal TNI dan Polri selama ini, jangan hanya dipandang sebagai akibat emosi sesaat, tapi ini sebuah sinyal nyata tentang adanya ketidakberesan dalam hubungan strukturalinstitusional antara kedua lembaga ini.

Kalau hanya karena masalah dendam pribadi, emosi sesaat atau rebutan pacar, jajaran pimpinan kedua instititusi ini bisa menyelesaikannya dengan mengesampingkan ego masing-masing-masing. Tapi, bila persoalan antara TNI dan Polri menyangkut masalah struktural-institusional, penataan ulang atas peran keduanya harus menjadi perhatian utama. Di sini, semua pihak harus mendorong dan mengembalikan TNI dan Polri ke fungsi sebenarnya, yakni sebagai aparat bersenjata yang dibiayai rakyat dengan tugas melindungi serta mengayomi rakyat.

Dalam menjalankan fungsinya itu, TNI dan Polri juga terikat erat dengan tugas-tugas penegakan hukum. Karena itu, dalam hal pelanggaran lalu lintas, misalnya, yang sering menjadi pemicu bentrok antara personel TNIPolri, kedua institusi ini harus saling mendukung. Tak boleh ada yang merasa superior. Institusi TNI tak boleh merasa dirinya punya power untuk melawan hukum.

Sebaliknya, sebagai lembaga penegak hukum, Polri juga harus tegas dan tak diskriminatif dalam menegakkan peraturan/hukum yang berlaku. Kalau ada anggota Polri yang terlibat kasus hukum, yang bersangkutan harus tetap diproses secara hukum. Kasus penyerangan dan pembakaran Mapolres OKU sejatinya bersumber dari tumpukan ketidakpercayaan pada proses penegakan hukum yang akhirnya pecah dalam bentuk aksi. Kita berharap kasus OKU menjadi pelajaran berharga bagi jajaran TNI dan Polri.

Dalam kasus seperti itu, hukum harus menjadi panglima, dan personel TNI-Polri tunduk pada hukum, siapa pun dan apa pun jabatan yang disandangnya. Dalam hal penegakan hukum, TNI dan Polri harus memberikan contoh yang baik bagi masyarakat. 

Selain terkait penerapan hukum di lapangan, bentrokan TNI-Polri juga sering dipicu oleh faktor kesejahteraan. Sungguh sebuah fakta menunjukkan bahwa terjadi ketimpangan pendapatan (kesejahteraan) antara TNI dan Polri. Makanya ada satire yang sering kita dengar bahwa sekarang ini, “TNI penuh dengan tantangan dan Polri penuh dengan tentengan”. Ini memang keadaan yang nyata di lapangan. 

Pemerintah jangan menutup mata dan harus segera mencari solusi atas gap psikologis antara TNI dan Polri saat ini. Kebijakan negara memisahkan Polri dari TNI, serta menyerahkan sepenuhnya kewenangan keamanan dalam negeri kepada Polri, telah menimbulkan kecemburuan psikologis TNI. Hal itu masih ditambah lagi dengan adanya aturan larangan berbisnis bagi institusi TNI yang semakin menambahkan kecemburuan ekonomi, karena telah menutup peluang akses ekonomi petinggi- petinggi dan oknum TNI lainnya.

Sebaliknya, anggota Polri, meskipun tidak seluruhnya, tingkat ekonominya lebih sejahtera ketimbang prajurit TNI. Faktor-faktor laten seperti itulah yang membuat konflik antara oknum-oknum TNI dan Polri mudah tersulut, meski karena masalah sepele. Oleh karena itu, pemerintah harus berani meningkatkan kesejahteraan prajurit TNI secara maksimal sehingga setara dengan anggota Polri. Remunerasi dan fasilitas hidup yang baik adalah jawaban atas masalah itu. Tanpa adanya peningkatan kesejahteraan prajurit TNI, sulit terhindarkan akan ada lagi bentrok antara TNI-Polri di masa mendatang. (*)

Ricuh Bonek vs Aremania Dipicu Tewasnya Bonek



Kericuhan pendukung laga Gresik United melawan Arema, Kamis, 7 Maret 2013, diduga dipicu tewasnya seorang Bonek suporter Persebaya Eric Setiawan. Eric, yang tewas di Jl. Wahidin depan Kantor Pertanian, Gresik, diduga korban salah sasaran massa beratribut Aremania. 

Insiden ini pun memicu kemarahan Bonek. Menurut Koordinator Bonek liar Bram Oky, sejumlah Bonek mencoba menghadang rombongan Aremania di tol arah Malang. Terjadilah kerusuhan di akhir pertandingan Gresik vs Arema. Massa Bonek melakukan sweeping di tol, mencari kendaraan berplat nomor N ataupun massa beratribut Aremania.

Gerakan mereka dihadang polisi. Kepolisian menutup akses jalan tol dan melarang semua kendaraan melintasi tol arah Mojokerto dan Malang. Kericuhan berlanjut. Ratusan polisi dikerahkan untuk mengamankan jalan tol yang telah dikepung massa Bonek. Kericuhan sampai melibatkan warga. 

Hingga Kamis malam tadi, Bonek mengepung tol terutama di KM 5 dan 6. Kepala Polisi Resort Kota Besar Komisaris Besar Tri Maryanto mengerahkan tambahan personal di lokasi untuk berjaga-jaga. Walikota Surabaya Tri Rismaharini sempat terkena gas air mata dan mendapatkan perawatan medis. 

Gesekan berlanjut, namun kali ini Bonek bentrok dengan polisi. Bram menuturkan bentrok terjadi lantaran polisi bersikap represif. "Mereka menembakkan gas air mata ke massa, kalau begini terus enggak berhenti-henti," kata Bram. 

Dari atas jembatan tol, Pasukan Anti Huru-hara Kepolisian Daerah Jawa Timur nampak menembakkan water canon. Tidak lama kemudian, gas air mata ditembakkan berkali-kali untuk menghalau massa Bonek. Massa yang mengamuk membakar truk di KM 12. 

Sekitar pukul 01.00 WIB, Jumat, 8 Maret 2013, polisi mulai menghalau massa di pintu keluar Tol Banyu Urip di Jl. Simo Kalangan Surabaya. Bonek yang berbaur dengan warga lari ke perkampungan. Kini kondisi berangsur-angsur kondusif. Meski polisi dan Komando Distrik Militer Kecamatan Sukomanunggal masih berjaga di lokasi. 

Informasi yang diterima Tempo, rombongan Aremania terus mendapat perlawanan dari warga saat melintasi kawasan Krian dan Mojokerto. 

SUMBER

BENTROK BONEK VS AREMA



Laga lanjutan Liga Super Indonesia antara klub Gresik United melawan Arema, Kamis, 7 Maret 2013, kemarin berujung ricuh. Bentrok terus berlangsung sampai tengah malam meski Jumat 8 Maret 2013 dini hari ini situasi berangsur kondusif. Tiga orang dikabarkan tewas dan sejumlah orang lainnya luka-luka dalam kejadian ini.

Data sementara menyebutkan dua Aremania tewas, tujuh orang sekarat, tujuh bus dirusak, satu sepeda motor dibakar dan ratusan luka-luka. Dari kubu bonek pendukung Persebaya, ada satu orang tewas atas nama Erik Setiawan, dan delapan orang terluka. Namun, informasi yang ada masih simpang siur karena belum ada keterangan resmi tentang jumlah korban.

Kericuhan bermula dari tewasnya seorang bonek suporter Persebaya Eric Setiawan di Jl. Wahidin depan Kantor Pertanian, Gresik. Eric diduga menjadi korban salah sasaran massa beratribut Aremania. Pendukung Arema dan Persebaya memang sudah lama berseteru. Insiden ini pun memicu kemarahan bonek yang lain. 

Menurut Koordinator bonek liar Bram Oky, sejumlah bonek berencana menghadang rombongan Aremania di tol arah Malang. Namun kerusuhan terjadi di akhir pertandingan. Massa bonek melakukan sweeping di tol, mencari kendaraan berplat nomor N ataupun massa beratribut Aremania. Sehingga polisi harus menutup akses jalan tol dan melarang kendaraan arah Mojokerto dan Malang melintasinya. 

SUMBER

Sulsel Antisipasi Dampak Bentrok TNI-Polri OKU



Kepala Penerangan Kodam VII/Wirabuana, Letnan Kolonel Yance Wolley, mengatakan seluruh pimpinan di setiap satuan dalam lingkup TNI sudah diinstruksikan untuk melakukan tindakan preventif guna mencegah meluasnya bentrok TNI-Polri. "Setiap anggota agar tidak terprovokasi," katanya. Koordinasi dan kerja sama dengan kepolisian pun terus ditingkatkan setelah kejadian pembakaran Markas Polres OKU, Sumatera Selatan. 

Sebelumnya Markas Kepolisian Resor Ogan Komering Ulu diserang dua batalion TNI AD.Mereka membakar kantor serta memukuli sejumlah anggota kepolisian. Penyerangan dipicu oleh peristiwa penembakan anggota TNI, Prajurit Satu Heru Oktavianus, oleh anggota Polres OKU, Brigadir Wijaya, dua bulan lalu. Meski dua bulan berlalu, tetapi proses hukum terhadap Brigadir Wijaya tak jelas ujungnya. Hal tersebut membuat rekan-rekan Heru marah dan berujung pada penyerbuan markas kepolisian setempat. Sejumlah pihak khawatir konflik tersebut merembet ke daerah lain.

Yance mengatakan pihaknya juga sudah memperingatkan setiap pimpinan untuk terus mengontrol prajuritnya, terutama pada malam hari dan hari libur. "Waspadai malam dan hari libur yang memberi peluang anggota berkumpul dan terprovokasi melakukan tindakan anarkistis," kata dia. Di lain pihak, hubungan Kodam VII/Wirabuana dengan jajaran Polri di Sulawesi berlangsung harmonis.

Hal senada diungkapkan Kepala Bidang Humas Polda Sulselbar, Komisaris Besar Endi Sutendi. "Semua polres dan polsek yang berada di wilayah hukum Sulselbar sudah diminta untuk tidak terpancing dan memicu bentrok. Kita semua mau kondisi aman dan damai," ucapnya.

SUMBER